Jumat, 21 September 2012

Meningkatkan Kandungan Hara pada Pupuk Kompos



Sudah tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa penggunaan kompos dapat meningkatkan kualitas dan kesehataan tanah. Penggunaan kompos sudah berlangsung lama dan masih menjadi rekomendasi pada saat pertanian modern seperti ini, apalagi ketika pertaniaan organik mulai menjadi perhatiaan ditengah terjadinya proses penurunan kualitas (degradasi) tanah akibat pemakaian pupuk kimia secara terus-menerus. Kompos seolah menjadi barang wajib para petani dalam menjalankan pertaniaannya. Hal ini menjadi sangat wajar ketika kita mengetahui betapa bermanfaatnya kompos bagi tanah sebagai media tanaman.
Secara kimia kompos adalah penyedia unsur hara, kandungannya lengkap dari unsur hara makro essensial (N,P,K,dll) sampai unsur hara mikro (Bo,Mg,Al dll), namun dengan jumlah yang kecil bila dibandingkan dengan pupuk kimia. Selain itu kompos juga mengandung humus yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman dan dapat mengkhelat logam berat yang membahayakan.
Secara fisika kompos dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah, dapat menyediaakan ruang (pori-pori) bagi udara di dalam tanah dan dapat meningkatkan daya simpan air pada tanah yang memiliki daya simpan yang rendah. Sedangkan secara biologi kompos dapat menunjang kehidupan mikroorganisme tanah yang banyak membantu dalam pertumbuhan.
Di satu sisi peranan kompos bagi pertaniaan sangat jelas, tapi di sisi lain kompos ini memiliki kekurangan. Dari segi kimia kompos dapat dikatakan mengandung unsur hara yang rendah. Hal ini yang menyebabkan sebagiaan besar petani masih secara besar-besaran menggunakan pupuk kimia karena mereka ingin mendapatkan hasil panen yang lebih baik., mskipun dengan resiko terjadi degradasi kualitas tanah. Kekurangan ini menjadi perhatiaan ahli-ahli pertanian khususnya pertaniaan organik. Berkembanglah teknik dalam pengkayaan kompos, agar didapat kompos yang baik secara fisika, kimia, dan biologi sehingga dapat benar-benar aplikatif, efisien dan dapat menggantikan pupuk kimia.
Pengapuran pada Kompos
Hasil terbaik kompos adalah memiliki pH netral atau mendekati alkali. Maka perlu ditambahkan pengapuran pada saat proses pengomposan. Kapur yang dapat digunakan adalah dolomit, kaptan dan kalsium karbonat. Selaiin itu dapat juga memanfaatkan hasil samping industri berupa ampas bijih dan terak.
Pengkayaan dengan Nitogen
Pengkayaan dengan nitrogen dapat dengan cara konvensional yaitu menambahkan pupuk anorganik seperti Urea pada saat pengomposan. Namun manurut pandangan saya hal ini dapat menghilangkan ”keotetikan” kompos itu sendiri sebagai pupuk organik. Kedua adalah teknik penambahan bahan-bahan organik dengan kandungan nitrogen tinggi seperti pupuk kandang, urine hewan, tanaman legum atau bahkan azolla pinata, tinggal pilih mana bahan yang paling mudah didapatkan. Selain dapat meningkatkan kandungan unsur nitrogen pada produk akhir, penambahan bahan organik kaya nitrogen ini dapat mempengaruhi nilai C/N bahan kompos sehingga dapat mempercepat proses pengomposan.
Pengkayaan dengan Fosfor
Pengkayaan dengan fosfor dapat dilakukan dengan mencampurkan fospat alam sebanyak 5 % pada saat pengomposan. Sumber lain dapat digunakan juga tepung tulang (2-4% fosfor), pohon pisang (1-2% fosfor), namun penggunaan posfat alam kandungan rendah (<11%) masih paling banyak digunakan karena mengandung juga kalsium dan unsur mikro yang cukup tinggi.
Pengkayaan dengan Kalium
Serbuk granit seperti feldspar, kulit dan batang piasang (34-42% kalium), kulit kentang,  rumput laut dan bakung air adalah bahan-bahan alami yang dapat ditambahkan sebagai pengkaya kompos dalam hal unsur hara kalium.
Pengkayaan Mikroba
Penambahan mikroorganisme menguntungkan dapat juga meningkatkan kandungan unsur hara kompos. Selain mempergunakan mikroba pendegradasi seperti EM4, Orgadec dsb., untuk membantu dalam mepercepat proses pengomposan, dapat juga ditambahkan bakteri pelarut fospat seperti Bacillus Meghaterium yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur fosfor dan dapat tersedia bagi tanaman. Atau dengan penambahan bakteri penambat N dari udara sepertiAzospirillum Sp. dan Azotobacter yang dapat menambat nitrogen dari udara dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman

Rabu, 05 September 2012

Indigofera spicata: Tanaman Pakan Ternak Toleran Kekeringan dengan kandungan Protein Tinggi




Tanaman Indigofera spicata adalah jenis leguminosa pohon yang selama ini belum dieksplorasi potensinya sebagai hijauan pakan ternak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa produktivitas tanaman ini tergolong tinggi yaitu mencapai 30 ton bahan kering per ha per tahun dengan interval pemotongan 60 hari dan intensitas pemotongan 1,5 m di atas permukaan tanah. Dengan kandungan protein yang tinggi (21-24%) disertai kandungan serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi (77%) tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (laktasi, ternak muda pasca sapi). Karena toleran terhadap kekeringan, maka Indigofera spicatadapat dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan hijauan terutama selama musim kemarau. Keunggulan lain tanaman ini adalah kandungan tanninnya sangat rendah berkisar antara 0,6 – 1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tannin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak). Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen panen yang optimal ditinjau dari aspek produktivitas dan kualitas nutrisi  adalah panen pertama dilakukan pada umur 8 bulan disertai dengan frekuensi panen setiap 60 hari dengan tinggi pemotongan 1,5 m diatas permukaan tanah. Produksi yang melimpah selama musim hujan dapat dipreservasi (diawetkan) dengan teknologi fermentasi (silase), sehingga dapat dimanfaatkan selama musim kemarau.

sumber : www.deptan.go.id

Senin, 03 September 2012

DAUN SIRSAK SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK TANAMAN



        Tidak dapat dipungkiri, dampak pemakaian pestisida sintetis/kimia pada produksi pertanian telah  menimbulkan dampak yang tidak baik untuk kesehatan, mulai dari munculnya penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker, maupun kasus keracunan yang berakhir pada kematian. Tak hanya itu, pemakaian pestisida kimia secara terus menerus dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan keseimbangan ekologis terganggu. Selain menyebabkan revolusi genetis pada hama-hama tertentu; dimana mereka menjadi tahan terhadap hama, juga dapat membunuh predator-predator alami yang bermanfaat bagi pertanian.

       Untuk mengatasi hal diatas, salah satu cara adalah dengan mamanfaatkan pestisida alami. Pestisida alami merupakan pestisida yang dibuat dari bahan-bahan alam, seperti dedaunan, kayu, akar maupun buah-buahan yang bermanfaat untuk mengendalikan hama penyakit tanaman.

       

      Pemakaian pestisida alami dengan penggunaan dan dosis yang benar, tidak saja bisa mengurangi hama, tapi juga mengurangi biaya produksi karena bahan dasar pestisida alami dapat dibudidayakan dan dibuat setiap saat sesuai kebuthan, dan yang penting adalah tidak mencemari lingkungan. Pestisida alami bersifat mengurangi serangan hama, bukan membunuh. Oleh karenanya pestisida alami tidak akan membunuh predator alami hama tersebut. Cara kerjanya adalah mengusir hama dengan  tertentu ataupun mengandung zat kimi tertantu yang dapat menghilangkan nafsu makan hama.

       

      Secara  ekonomis  bila  dibandingkan  dengan  pestisida  kimia,  biaya penggunaan pestisida nabati relatif lebih murah.  Selain itu pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Dari sisi lain, pestisida nabati mempunyai keistimewaan yaitu bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif lebih aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah terurai.  Kekurangan pestisida nabati umumnya tidak langsung mematikan OPT sasaran secara cepat.

      

      Menurut Jacobson, bahan alam yang paling menjanjikan prospeknya untuk dikembangkan sebagai pestisida ada pada tanaman-tanaman family Meliaceae (misalnya nimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae, Labiateae, dan Canellaceae.

       

      Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak efektif mengendalikan hama trips. Jika ditambahkan daun tembakau dan sirsak akan efektif mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika ditambahkan jeringau dan bawang putih akan efektif mengendalikan hama wereng coklat.

       

       Rimpang jeringau mengandung bahan aktif arosone, kalomenol, kalomen, kalameone, metil eugenol yang jika dikombinasi dengan bahan aktif daun sirsak akan efektif mengendalikan hama wereng. Sedangkan tembakau mengandung bahan aktif nikotin yang jika dikombinasi dengan bahan aktif yang terkandung dalam daun sirsak akan efektf mengendalikan hama ulat dan belalang.

       

        Dalam upaya pengembangan pestisida nabati tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

(i) mudah didapat,  bahan baku cukup tersedia, berkualitas, kuantitas dan kontinuitas terjamin;

(ii) mudah dibuat ekstrak, sederhana dan dalam waktu yang tidak lama;

(iii) kandungan senyawa pestisida harus efektif pada kisaran 3-5 % bobot kering   bahan;

(iv) selektif;

(v) bahan yang digunakan bisa dalam bentuk segar/kering;

(vi) efek residunya singkat, tetapi cukup lama efikasinya;

(vii) sedapat mungkin pelarutnya air (bukan senyawa sintetis);

(viii) budidayanya mudah, tahan terhadap kondisi suhu optimal;

(ix) tidak menjadi gulma atau inang hama penyakit;

(x) bersifat multiguna.


Cara pembuatan: 


A. Pestisida nabati daun sirsak sebagai pengendali hama trips:

1.      Tumbuk 100 lembar daun sirsak.

2.      Rendam dalam 5 liter air dan tambahkan 15 gram deterjen.

3.      Diamkan sehari semalam.

4.      Saring larutan tersebut dengan kain.

5.      Encerkan setiap liter larutan dalam 10 liter air.

6.      Larutan semprot siap digunakan.


B. Pestisida nabati daun sirsak + jeringau + bawang putih untuk 

    mengendalikan hama wereng coklat:

1.  Tumbuk halus segenggam daun sirsak, segenggam jeringau dan 20 siung   

     bawang putih.

2.  Rendam bahan-bahan tersebut dengan 20 liter air yang telah ditambahkan 

     20 gram deterjen selama 2 hari.

3.  Saring larutan tersebut dengan kain.

4.  Larutan tersebut siap digunakan.


C. Pestisida nabati daun sirsak + daun tembakau untuk mengendalikan hama 

    belalang dan ulat:

1. Ambil 50 lembar daun sirsak dan segenggam daun tembakau ditumbuk 

    sampai halus.

2. Rendam bahan–bahan tersebut dalam 20 lt air yang telah diberi 20 gr 

    deterjen selama    semalam.

3. Saring larutan tersebut dengan kain.

4. Larutan siap digunakan dan disemprotkan ke tanaman.



sumber :

http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?option=com_content&view=article&id=156:ramuan-pestisida-nabati-dari-daun-sirsak-annona-muricata-l-&catid=15:home 

http://melda-susanti.blogspot.com/2012/04/pembuatan-pestisida-alami-dari-daun.html